Jumat, 17 Februari 2012

Akuntasi Biaya

BAB I


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap bidang kegiatan produksi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut. Umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah mendapatkan laba atau keuntungan yang besar. Setiap kegiatan produksi membutuhkan biaya produksi karena biaya produksi ditujukan untuk memperoleh nilai ekonomis produk yang lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sangat penting karena merupakan salah satu teknik untuk menerapkan kebijakan-kebijakan dalam pembebanan oleh suatu produk. Merupakan bagian dari proses perencanaan untuk menentukan tindakan bagi kegiatan produksi dimasa yang akan datang. Memberikan informasi untuk menentukan tindakan bagi kegiatan produksi. Memberikan gambaran bagi suatu perusahaan, disamping itu juga perusahaan membutuhkan analisis selisish.

1.2 Batasan Masalah

Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik banyak dipergunakan perusahaan untuk pembuatan produk sehingga banyak ketentuan yang harus dilakukan didalam pelaksanaan. Untuk itu Penulis hanya membatasi penulisan ini pada elemen – elemen biaya, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui elemen – elemen biaya, biaya bahan baku, biaya tenega kerja langsung, biaya overhead pabrik, biaya standar dan sesungguhnya secara garis besar.


1.4 Metode Penelitian


Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini menggunakan metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah data dari buku.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya

2.1.1 Pengertian Biaya

Kompentensi dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi tidak akan mudah diperoleh tanpa secara sadar mempelajari pengetahuan manajemen dalam memanfaatkan informasi tentang aktivitas untuk menngelola proses produksi.

Pengertian Biaya menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” (2002:8) mendefinisikan biaya dalam arti luas sebagai berikut:

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.

Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

Selain itu Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” (2002:10) mendefinisikan biaya dalam arti sempit sebagai berikut:

Biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.”

Sedangkan pengertian biaya menurut Sunarto dalam bukunya “Akuntansi Biaya”(2003:4) menyatakan:

Biaya adalah Harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan”.

Menurut Hongren dalam bukunya ”Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial ” (2005:34) menyatakan:

”Biaya (Cost) adalah suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu”

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang dan digunakan untuk memperoleh barang dan jasa, dimana akan memberikan keuntungan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

2.1.2 Penggolongan Biaya

Agar informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen dengan baik maka biaya harus dicatat dan digolongkan. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep ”different costs for different purposes”.

Biaya menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” (2002:14-17) dapat digolongkan sebagai berikut:

”1. Objek pengeluaran

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

5. Jangka waktu manfaatnya”

Masing-masing penggolongan biaya diatas diuraikan sebagai berikut:

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluarannya

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalkan nama objek pengeluaran bahan bakar, maka semua biaya pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan Manufaktur, biaya dikelompokkan menjadi 3 kelompok:

a. Biaya Produksi

b. Biaya Pemasaran

c. Biaya Administrasi dan Umum

Kelompok biaya diatas diuraikan sebagai berikut:

Biaya produksi, Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik

Biaya pemasaran, Merupakan biaya biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh: biaya iklan, biaya promosi, biaya contoh (sample).

Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh: biaya gaji bagian keuangan, akuntansi, personalia, biaya fotocopy, dan lain-lain. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses)

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan:

1. Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi, karena adanya sesuatu yang dibiayai. biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2. Biaya tidak langsung (indirect cost), merupakan biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).

4. Penggolongan biaya menurut prilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:

1. Biaya variable

2. Biaya semivariable

3. Biaya semifixed

4. Biaya tetap

Penggolongan Biaya di atas diuraikan sebagai berikut:

Biaya variable, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

Biaya semi variable adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah biaya gaji direktur produksi.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi dua, yaitu:

1. Pengeluaran modal (capital expenditure), merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplasi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. dimana pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang besar dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Contoh: biaya depresiasi, biaya amortisasi dan deplasi.

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadi pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

2.2 Pengertian Akuntansi Biaya dan Tujuan Akuntansi Biaya

2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Ada dua pengertian dalam akuntansi biaya yaitu Akuntansi dan Biaya. Akuntansi berkaitan dengan proses pencatatan, pengklasifikasian dan pengumpulan yang berhubungan dengan transaksi perusahaan dan kejadian yang lainnya.

Akuntansi biaya yang didefinisikan oleh Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2000:6) bahwa:

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi adalah biaya”.

Sedangkan menurut Sunarto dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2003:1)

“Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk”.

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan akuntansi biaya terdiri dari pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian transaksi keuangan, akuntansi biaya memberikan informasi biaya bagi pihak intern untuk membantu manajemen mencapai tujuan perusahaan, dan digunakan sebagai pengambilan keputusan, pengukuran keuangan, pengendalian aktivitas perusahaan dan penentuan harga pokok produk.

2.2.2 Tujuan Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2000:7), menyatakan bahwa:

Informasi akuntansi biaya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan dan ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Sedangkan tujuan akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu:

1. Penentuan harga pokok produk

2. Pengendalian biaya

3. Pengambilan keputusan”.

Sunarto dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2003:4) menyatakan bahwa:

“akuntansi biaya berhubungan erat dengan biaya produksi, yaitu pencatatan, penggolongan, peringkasan, perhitungan dan pelaporan biaya produksi untuk membantu manajemen dalam perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan”.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah memberikan laporan yang berisikan informasi biaya untuk kebutuhan perhitungan biaya, alat perencana, pengawasan dan pengendalian biaya dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen.

Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output). Perusahaan yang bertujuan mencari laba berupaya menghasilkan nilai keluaran lebih tinggi daripada nilai masukan yang dikorbankan. Untuk itu diperlukan akuntansi biaya yang berpungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan tersebut agar kegiatan usaha menghasilkan laba. Nilai masukan ini menjadi biaya, sedangkan nilai keluaran menjadi pendapatan. Dengan akuntansi biaya, biaya-biaya dapat dikendalikan dan dibandingkan setiap periodenya.

2.3 Biaya Produksi

2.3.1 Pengertian Biaya Produksi

Pengertian biaya produksi menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” (2002:14)

“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual”.

Sedangkan pengertian biaya produksi menurut Sunarto dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2003:11)

Biaya Produksi adalah biaya untuk membuat barang. Sesuai dengan konsep harga pokok, nilai barang yang dibuat akan mengandung biaya yang membentuk barang tersebut”.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan proses transformasi dari bahan mentah menjadi produk jadi, melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi, pemakaian tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

2.3.2 Unsur Unsur Biaya Produksi

Biaya produksi berhubungan dengan Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut biaya prima adalah biaya-biaya produksi langsung. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi tidak langsung.

2.3.2.1 Biaya bahan baku

Bahan adalah barang mentah yang diolah menjadi barang jadi melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas. Bahan ini dapat berupa bahan baku dan bahan lainnya, baik bahan penolong maupun bahan lain.

Bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada barang jadi, seperti bahan kertas adalah pulp. Bahan semen adalah batu kapur. Bahan baku bagi suatu proses kemungkinan merupakan barang jadi bagi perusahaan lain.

1. Pembelian Bahan

prosedur pembelian melibatkan bagian produksi yang meminta bahan, bagian pembelian yang bertugas untuk memesan bahan dan perlengkapan, bagian penerimaan barang yang bertugas menerima barang yang dibeli dan bagian gudang yang menyimpan barang. Proses pembelian dimulai dari bagian produk yang meminta bahan yang dibutuhkan sesuai dengan rencana kerja.

Dokumen intern yang digunakan umumnya terdiri dari 3 macam yaitu:

1. Permintaan pembelian, adalah permintaan tertulis yang dibuat untuk memberitahu bagian pembelian akan membutuhkan bahan atau perlengkapan.

2. Pesanan pembelian, adalah dokumen tertulis yang dikirim kepada pemasok sebagai tindak lanjut disetujuinya permintaan pembelian oleh bagian pembelian.

3. Laporan penerimaan barang, adalah laporan yang dibuat oleh penerima barang yang dibeli. Laporan dibuat berdasarkan pengamatan fisik barang yang diterima.

2. Pemakaian Bahan

Setiap pemakaian bahan harus dilakukan dengan meminta bahan kepada bagian gudang penyimpan bahan. Dokumen yang digunakan adalah bukti permintaan bahan atau apa saja yang berarti sama dengan permintaan pengeluaran atau pemakaian bahan.

Bila digunakan untuk produksi barang jadi dan merupakan bahan baku, maka harga pokok bahan dicatat kedalam rekening persediaan barang dalam proses. Catatan rekening ini menunjukkan bahwa ada proses produksi sedang berlangsung. Bila bahan tersebut digunakan untuk produksi dan termasuk dalam bahan tidak langsung maka harga pokoknya dicatat dalam Biaya overhead pabrik sesunggunya. Rekening ini menampung biaya yang dikategorikan dalam Biaya overhead pabrik yang di perhitungkan dalam periode tersebut.

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi bahan menurut kegiatannya dapat berupa:

1. Surat permintaan pembelian bahan, Pesanan pembelian, Laporan penerimaan bahan, Faktur dari pemasok untuk melakukan pembelian bahan.

2. Surat permintaan bahan, Daftar permintaan bahan untuk pemakaian bahan

3. Penentuan Harga Pokok Bahan

Bila harga bahan (standar), maka harga pokok bahan yang digunakan dihitung dengan mengalikan jumlah unit dengan harganya. Tetapi bila harga berubah-ubah maka harga pokok bahan yang dipakai harus menggunakan salah satu metode penilaian bahan baku. Metode-metode yang dapat dipilih adalah sebagai berikut:

1. Metode Identifikasi Khusus

Metode ini mencatat setiap bahan dan harga belinya sendiri-sendiri sehingga bila ada bahan yang dipakai dapat diidentifikasi harga belinya.

2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out FIFO).

Metode ini menganggap bahwa bahan yang digunakan berasal dari pembelian terdahulu, sehingga bahan yang harus diketahui jumlah kuantitasnya lebih dahulu kemudian dihitung harga pokoknya dengan anggapan bahan berasal dari pembelian terdahulu.

3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last in first out (LIFO)

Metode ini beranggapan bahwa bahan yang digunakan berasal dari pembelian terakhir, sehingga bahan yang digunakan harus diketahui jumlah kuantitasnya lebih dahulu kemudian dihitung harga pokoknya dengan anggapan bahwa berasal dari pembelian terakhir.

4. Metode Rata-Rata Tertimbang atau Weighted Average

Metode ini setiap saat menghitung rata-rata harga pokok perunit bahan dan menggunakan harga rata-ratanya sebagai harga pokok bahan yang digunakan.

Tabel 2.1

Akuntansi untuk Biaya bahan baku

Debit

Kredit

Persediaan Bahan

Utang Dagang

(Mencatat pembelian bahan)

Rp XX

Rp XX

Persediaan Barang Dalam Proses

BOP- Sesungguhnya

Persediaan Bahan Baku

(Mencatat pemakaian bahan)

Rp XX

Rp XX

Rp XX

Persediaan Bahan

Persediaan BOP

BOP- Sesungguhnya

(Mencatat pengembalian sisa bahan)

Rp XX

Rp XX

Rp XX

Perusahaan manufaktur membeli bahan baku dan komponen lalu mengkonversikannya menjadi barang jadi. Perusahaan seperti ini umumnya memiliki satu atau beberapa jenis persediaan berikut ini:

1. Persediaan bahan baku langsung (raw materials inventory). Bahan baku langsung adalah persediaan yang akan digunakan dalam proses manufaktur

2. Persediaan dalam proses (work in process inventory), adalah barang-barang yang setengah dikerjakan tetapi belum sepenuhnya selesai. Persediaan jenis ini kadang disebut persediaan sedang berjalan

3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory), adalah barang yang sepenuhnya telah selesai di produksi tetapi belum terjual.

2.3.2.2 Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dipergunakan dalam membuat barang. Biaya Tenaga Kerja adalah harga yang dibayarkan untuk pemakaian sumber daya manusia. Pembayaran ini disebut gaji bila dibayar bulanan dan jumlahnya tidak tergantung pada jam kerja atau prestasi dan disebut upah bila dibayarkan harian atau mingguan dan jumlahnya berdasarkan jam hari kerja atau berdasarkan unit barang.

Biaya Tenaga Kerja untuk produksi dibagi menjadi dua yaitu Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang secar langsung bekerja dalan pengolahan barang. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja tidak langsung yaitu tenaga kerja yang bekerja di pabrik tetapi tidak melakukan pekerjaan pengolahan secara langsung.

Tabel 2.2

Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja

Debit

Kredit

Persediaan Barang Dalam Proses

BOP- Sesungguhnya

Utang Gaji dan Upah

(mencatat perhitungan gaji dan upah)

Rp XX

Rp XX

Rp XX

Utang gaji dan upah

Utang pph

Kas

(mencatat pembayaran gaji dan upah)

Rp XX

Rp XX

Rp XX

Persediaan Barang Dalam Proses

BOP- Sesungguhnya

Biaya Pemasaran

Biaya Administrasi dan umum

Utang gaji dan upah

(mencatat perhitungan gaji dan upah)

Rp XX

Rp XX

Rp XX

Rp XX

Rp XX

BOP- Sesungguhnya

Utang pph

(mencatat pph yang ditanggung perusahaan)

Rp XX

Rp XX

2.3.1.3 Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan:

1. Penggolongan Biaya overhead pabrik menurut sifatnya

Dalam perusahaan manufaktur berdasarkan pesanan, Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:

a. Biaya Bahan Penolong, adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.

b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan, berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin, equipment, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

c. Biaya Tenaga Kerja Langsung, adalah biaya tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atas pesanan tertentu.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equpment, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu, biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run

f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai, biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik, dan sebagainya.

2. Penggolongan Biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannyua dengan perubahan volume kegiatan

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

a. Biaya overhead tetap, adalah adalah biaya overhead yang tidak berubah dalam kisaran volume kegiatan tertentu.

b. Biaya overhead variabel, adalah biaya biaya overhead yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan

c. Biaya overhead semivariabel, adalah biaya biaya overhead yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan

3. Penggolongan Biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen

Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, Biaya overhead dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Biaya overhead langsung departemen (direct departemental overhead expenses), adalah Biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut.

b. Biaya overhead tidak langsung departemen (indirect departemental overhead expenses), adalah Biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.

Langkah-langkah penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

1. Menyusun anggaran Biaya overhead pabrik.

Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran Biaya Overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik: Kapasitas praktis, Kapasitas normal, dan Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.

2 Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk

Setelah anggaran Biaya overhead pabrik disusun, langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada produk.

Ada berbagai macam dasar yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah: satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah:

a. harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi

b. harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik

Dasar yang dipakai dalam menghitung tarif Biaya overhead pabrik

a. Satuan produk, metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Biaya overhead pabrik untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif BOP =

b. Biaya bahan baku, jika Biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah biaya bahan baku.

Rumus perhitungan tarif biaya bahan baku adalah sebagai berikut:

Tarif BOP =

c. Biaya tenaga kerja, jika sebagaian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung.

Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif BOP = x 100%

d. Jam tenaga kerja langsung

Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.

Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif BOP =

e. Jam mesin, apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin.

Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif BOP =

4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik

Karena ada 2 macam Biaya overhead pabrik yaitu biaya sesungguhnya dan biaya yang dibebankan dengan tarif, maka biaya overhead pabrik disediakan dua rekening yaitu biaya overhead pabrik sesungguhnya dan biaya overhead pabrik dibebankan.

Rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya digunakan untuk mencatat biaya sesungguhnya yang dikumpulkan baik dari pembayaran, utang maupun penyesuaian. biaya overhead pabrik dibebankan digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik barang yang dibuat.

Tabel 2.3

Akuntansi untuk Biaya overhead pabrik

Debit

Kredit

Persediaan Barang Dalam Proses

BOP- Dibebankan

(mencatat pembebanan BOP kepada barang)

Rp XX

Rp XX

BOP- Sesungguhnya

(Macam-macam kredit)

Berupa persediaan bahan, utang gaji dan upah, kas keluar, utang biaya dan akumulasi penyusutan

(mencatat BOP sesungguhnya)

Rp XX

Rp XX

BOP- dibebankan

Selisih BOP

BOP-Sesunggunya

(menutup BOP sesungguhnya dan BOP dibebankan dengan selisih tidak menguntungkan)

Rp XX

Rp XX

Rp XX

BOP-dibebankan

BOP-Sesungguhnya

Selisih BOP

(menutup BOP sesungguhnya dan BOP dibebankan dengan selisih menguntungkan)

Rp XX

Rp XX

Rp XX

2.3.3 Manfaat Pengumpulan Biaya Produksi

Pengumpulan biaya produksi merupakan bagian akuntansi biaya dengan tujuan menyajikan informasi biaya yang bermanfaat sebagai dasar untuk penentuan harga pokok produk atau jasa, perencanaannya dan pengendalian biaya dan pengambilan keputusan. dengan kata lain pengumpulan biaya untuk mengetahui seberapa besar dana atau biaya yang akan atau telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan proses produksinya.

Manfaat pengumpulan biaya menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” (2002: 41-42) adalah sebagai berikut:

“ 1. Menentukan harga jual produk

2. Menentukan keputusan mengenai penerimaan atau penolakan terhadap suatu pesanan

3. Memantau realisasi biaya produksi

4. Menghitung laba atau rugi setiap pesanan secara periodik”.

2.4 Harga Pokok Produksi

Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya nonproduksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk.

2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa.

Menurut Sunarto dalam bukunya “Akuntansi Biaya”(2003:3) menyatakan bahwa:

“Harga pokok produk adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang dan jasa yang diukur dengan nilai mata uang”.

Sedangkan Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” (2003:5) menyatakan bahwa:

“Harga pokok digunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk”.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk yang diukur dengan nilai mata uang.

2.4.2 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Metode pengumpulan biaya produksi tergantung pada sifat pengolahan produk, yang dibebankan kedalam dua kelompok besar: produk yang berdasarkan atas pesanan (Job order cost) dan pengolahan produk yang merupakan produk massa (process cost).

1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)

Perusahaan yang proses produksinya berdasar pesanan yang diterima dari pihak luar, mengumpulkan biaya produksinya dengan metode harga pokok pesanan (Job order cost method).

Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2002:18) menyatakan bahwa:

“Metode harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok produksi dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan”.

Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya yang berdasarkan pesanan mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk selesai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung, dan biaya produksi tidak langsung

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pemesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2000:41) menyatakan:

“Perusahaan yang memproduksi berdasarkan pesanan, penetapan harga pokok pesanan dapat memberikan manfaat untuk membantu manajemen dalam hal:

a. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan

b. Mempertimbangkan penerimaan dan penolakan pesanan

c. Memantau realisasi biaya produksi

d. Menghitung laba rugi pesanan

e. Menghitung harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca ”.

2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)

Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2000:18) menyatakan:

“Metode harga pokok proses adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan harga pokok proses pada perusahaan yang berproduksi secara massa”.

Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

Ciri-ciri metode harga pokok proses:

1. Biaya-biaya dibebankan pada persediaan barang dalam proses pada tiap departemen

2. Suatu laporan biaya produksi digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan dan menghitung biaya perunit dan biaya total

3. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan unit

4. Biaya-biaya dan unit yang telah diselesaikan pada sebuah departemen akan ditransfer ke departemen pengolahan berikutnya dengan maksud agar pada akhirnya akan diperoleh biaya total untuk barang jadi selama periode dan biaya yang harus dibebankan pada barang dalam proses.

2.4.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2000:18) menyatakan bahwa:

“Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi”.

Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu:

1. Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku XX

Biaya tenaga kerja langsung XX

Biaya overhead variabel XX

Biaya overhead tetap XX

Harga pokok produksi XX

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi).

2. Variabel Costing

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan baku langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku XX

Biaya tenaga kerja langsung XX

Biaya overhead variabel XX

Harga pokok produksi XX

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi variabel). dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi tetap).

2.5 Laba

Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan berusaha menghasilkan keluaran yang nilainya lebih tinggi daripada nilai masukannya agar menghasilkan laba. Dengan laba yang diperoleh perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya.

2.5.1 Pengertian Laba

Menurut Henry Simamora dalam bukunya “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” (2000:25) menyatakan bahwa:

“Laba adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban jika pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih”.

Sedangkan menurut J Wild, KR Subramanyan dalam bukunya “Analisis Laporan Keuangan” (2003:407) menyatakan:

Laba merupakan selisih pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba merupakan salah satu pengukur aktivitas operasi dan dihitung berdasarkan atas dasar akuntansi akrual”.

Selain itu menurut Soemarso dalam bukunya ”Akuntansi Suatu Pengantar” (2005:230) menyatakan bahwa:

”Laba adalah selisih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha”.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Laba adalah selisih antara seluruh pendapatan (revenue) dan beban (expense) yang terjadi dalam suatu periode akuntansi. Laba merupakan suatu kelebihan pendapatan atau keuntungan yang layak diterima oleh perusahaan, karena perusahaan tersebut telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan lain pada jangka waktu tertentu. Informasi laba diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutupi biaya nonproduksi.

Sedangkan Pendapatan itu diungkapkan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut Soemarso dalam bukunya ”Akuntansi Suatu Pengantar” (2005:230) menyatakan bahwa:

Pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal kontribusi penanaman modal”.

Sedangkan menurut Hendriksen dalam bukunya ”Teori Akunting” (2000:374) menyatakan:

”Pendapatan (Revenue) dapat didefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. hal ini biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan harus diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah terselesaikan”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi yang dapat diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku.

Pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan disebut pendapatan usaha (operating revenue), sedangkan pendapatan dari kegiatan di luar kegiatan utama disebut pendapatan lain-lain (other revenue atau other income).

Pendapatan merupakan jumlah yang di bebankan kepada langganan atas penjualan barang atau penyerahan jasa yang dilakukan. Untuk memperoleh jumlah tersebut ada beban yang harus ditanggung.

Menurut Soemarso dalam bukunya ”Akuntansi Suatu Pengantar” (2005:230) menyatakan bahwa:

”Beban adalah penurunan modal bruto, sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan”.

2.5.2 Jenis-Jenis Laba

Jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan yaitu:

1. Laba Kotor (gross Profit), adalah selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan, disebut laba kotor karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan biaya-biaya usaha.

2. Laba dari operasi, adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.

3. Laba bersih, adalah angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi dengan beban lain-lain.

2.5.3 Pengklasifikasian Laba

laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama yaitu:

1. Komponen operasi dan nonoperasi

Klasifikasi operasi dan nonoperasi terutama bergantung pada sumber pendapatan atau beban, yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi-operasi perusahaan yang masih berlangsung atau dari aktivitas investasi (pendanaan)

laba operasi, (operating income), merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung

laba nonoprasi, (nonoperating income), mencakup seluruh komponen laba yang tercakup dalam laba operasi.

2. Komponen berulang dan tidak berulang

Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah pos tersebut akan terus terjadi atau hanya satu kali.

2.5.4 Pengukuran Laba Akuntansi Alternatif

Menurut Hendriksen dalam buku “Teori Akunting” (2004:298) Laporan laba rugi biasanya menyajikan 3 alternatif pengukuran laba, yaitu:

1 Laba bersih (net income), dianggap sebagai pengukuran laba baris terbawah, meskipun pada kenyataannya bukan

2 Pendapatan komperhensif (comperhensive income), mencerminkan hampir seluruh perubahan pada ekuitas yang tidak berasal dari aktivitas pemilik (seperti deviden atau pengeluaran saham)

3 Laba dari operasi yang berlanjut (continuing income), merupakan suatu pengukuran yang tidak mencakup pos luar biasa, dampak kumulatif perubahan akuntansi.

2.5.5 Konsep Laba

Menurut Hendriksen dalam buku “Teori Akunting” (2004:329), Konsep laba terdiri dari berbagai macam bentuk dan jenis diantaranya adalah:

1. Konsep laba ekonomi

Pengukuran laba yang penting yaitu laba ekonomi dan laba permanen

Laba ekonomi, biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan nilai wajar aktiva, sedangkan Laba permanen, disebut laba berkelanjutan (sustainable) atau laba yang dinormalkan (normalized) merupakan rata-rata laba stabil yang ditaksir dapat diperoleh perusahaan sepanjang umurnya.

2. Konsep laba akuntansi

Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Meskipun laba operasi mencangkup baik aspek laba ekonomi maupun laba permanen, namun laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung.

2.5.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi laba

Menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Manajemen” (2001:513), mengemukakan bahwa Faktor faktor yang mempengaruhi laba adalah sebagai berikut:

1. Biaya

Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan

2. Harga jual

Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan

3. Volume penjualan dan produksi

Besarnya volume penjualan berpengruh terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi

2.5.7 Pengaruh biaya produksi terhadap pencapaian laba

Biaya Produksi berpengaruh terhadap pencapaian Laba. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Menurut Mulyadi dalam bukunya ”Akuntansi Biaya” (2000:42).

Manfaat pengumpulan Biaya Produksi adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Harga Jual

2. Menentukan Keputusan Mengenai Penerimaan atau penolakan terhadap suatu pesanan

3. Memantau Realisasi Biaya Produksi

4. Menghitung Laba Rugi setiap pesanan secara periodik”.

Melihat manfaat pengumpulan biaya produksi diatas, maka data biaya produksi dapat dapat mempengaruhi pencapaian laba perusahaan, karena biaya produksi ini membentuk harga pokok produksi. Informasi harga pokok produk bermanfaat bagi manajemen untuk menentukan harga jual, dan penetapan harga jual ini akan mempengaruhi pencapaian laba yang diperoleh perusahaan.

BAB III


PENUTUP


3.1 Kesimpulan


Di dalam proses produksi agar bisa berjalan sesuai yang diingikan perusahaan, maka perusahaan dalam hal ini harus memperhatikan apa saja yang dibutuhkan seperti elemen – elemen biaya, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overead pabrik didalam pelaksanaannya.


Berikut ini Elemen – Elemen Biaya adalah sebagai berikut :

a. Biaya Produksi

b. Biaya Pemasaran

c. Biaya Administrasi dan Umum

d. Biaya Langsung (Direct cost)

e. Biaya Tidak Langsung (Inderect cost)


Biaya Bahan Baku didalam suatu perusahaan merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang didalam suatu perusahaan.

Biaya tenaga kerja langsung, biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi.

Biaya Overhead Pabrik adalah Semua biaya – biaya produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan ini terdiri dari biaya bahan tak langsung , biaya tenaga kerja tak langsung dan semua biaya – biaya yang tidak dapat secara langsung dibebankan kepada produk ataupun job.

Pengendalian pada biaya merupakan patokan atau standar sebagai dasar uang dipakai untuk tolak ukur pengendalian. Sedangkan Biaya sesungguhnya merupakan biaya yang diakumulasi selama proses produksi dengan menggunakan harga pokok historis yang biasanya merupakan lawan dari biaya yang ditetapkan sebelum proses produksi yang ditujukan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan.





DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyadi, 1993, Akuntansi Biaya, Edisi ketiga, Yogyakarta: BPFE Universitas Gunadarma.

2. Firdaus A. Dunia, 1994, Akuntansi Biaya, Buku Satu Lembaga Penerbit Fakultas Ekonom Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Schweitzer dan Hans-Ulrich Kueper, Akuntansi Biaya, Alih Bahasa oleh Burhan Napitupulu dan Teddy Pawitro, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1991.

4. Tresno Lesmono, 1998, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Akademia Akuntansi YKPN

5. Ibnu Subiyanto dan Bambang Suripto, 1993, Akuntansi Biaya, Seri Diktat Kuliah, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta