Kamis, 10 Februari 2011

Pengertian Shalat Wajib/Fardhu, Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tujuan Dan Kondisi Batal Sholat

Pengertian Shalat Wajib/Fardhu, Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tujuan Dan Kondisi Batal Sholat

A. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu

Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.

B. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain

Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.

Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur

Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat

C. Rukun Shalat

Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku / rukuk yang tumakninah
6. I'tidal yang tuma'ninah
7. Sujud yang tumaninah
8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah
9. Sujud kedua yang tuma'ninah
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri

D. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita

Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma'ninah.

E.Pertama Kali Perintah Shalat

Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW dan para shahabat sudah melakukan ibadah shalat. Hanya saja ibadah shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang disyariatkan sekarang ini.

Barulah pada malam mi`raj disyariatkan shalat 5 kali dalam sehari semalam yang asalnya 50 kali. Persitiwa isra` ini dicatat dalam sejarah terajdi pada 27 Rajab tahun ke-5 sebelum peristiwa hijrah nabi ke Madinah.Sebagaimana tertulis dalam hadits nabawi berikut ini:

Dari Anas bin Malik ra. “Telah difardhukan kepada Nabi SAW shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini sama bagi mu dengan 50 kali shalat.”(HR Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan oleh At-Tirmizy)

Sebagian dari mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa shalat disyariatkan pada malam isra` namun tahunnya bukan 5 tahun sebelum hijrah, melainkan pada tanggal 17 Ramadhan 1, 5 tahun sebelum hijrah nabi.

Perintah Shalat Dalam Al-Quran

Ada banyak sekali perintah untuk menegakkan shalat di dalam Al-Quran. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran lafaz “Aqiimush-shalata” yang bermakna “Dirikanlah Shalat” dengan fi`il Amr (kata perintah) dengan perintah kepada orang banyak (khithabul Jam`i). Yaitu pada surat:

· Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110

· Surat An-Nisa ayat 177 dan 103

· Surat Al-An`am ayat 72

· Surat Yunus ayat 87

· Surat Al-Hajj: 78

· Surat An-Nuur ayat 56

· Surat Luqman ayat 31

· Surat Al-Mujadalah ayat 13

· Surat Al-Muzzammil ayat 20.

Ada 5 perintah shalat dengan lafaz “Aqimish-shalata” yang bermakna “dirikanlah shalat” dengan khithab hanya kepada satu orang. Yaitu pada:

· Surat Huud ayat 114

· Surat Al-Isra` ayat 78

· Surat Thaha ayat 14

· Surat Al-Ankabut ayat 45

· Surat Luqman ayat 17.

Shalat adalah tiang agama, rukun kedua dalam Islam yang harus ditegakkan setelah mengucapkan dua kalimah syahadat. Artinya, setelah mengaku tunduk pada Allah dan rela sepenuhnya menjadi pengikut Rasul-Nya Muhammad saw., maka ibadah nomor satu yang harus dilakukan adalah shalat.

Shalat itu sendiri terdiri dari beberapa gerakan dan bacaan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan dua kali salam. Gerakan-gerakan tersebut harus mengikuti pedoman yang telah diberikan oleh Rasulullah saw., sesuai sabdanya : “Shalatlah sebagaimana aku shalat”. Bacaannya terdiri dari surah Al-Fatihah, ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca setelah Al-Fatihah yang hukumnya sunnah, dan berbagai macam doa yang dilakukan dengan tertib dan tuma’ninah.

Shalat wajib dilaksanakan lima kali sehari sesuai contoh dari Rasulullah saw. Untuk kaum lelaki yang tidak ada uzur juga diwajibkan melaksanakan shalat Jum’at pada setiap hari Jum’at di waktu Zhuhur. Selain shalat-shalat yang wajib, ada pula shalat-shalat yang hukumnya sunnah atau fardhu kifayah, misalnya shalat Rawatib, shalat Dhuha, shalat Istikharah, dan shalat jenazah. Sebagian shalat ada yang sangat diutamakan untuk dilakukan dengan berjamaah, terutama shalat lima waktu.

Demikianlah penjelasan paling singkat yang bisa saya berikan mengenai shalat.

Ada sebagian orang, terutama dari kalangan non-Muslim yang keliru menganggap bahwa umat Islam berkomunikasi dengan Tuhannya sebanyak lima kali sehari, yaitu pada kesempatan shalat fardhu. Anggapan ini salah besar, karena Allah sendiri berfirman : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 186). Inilah salah satu keistimewaan ajaran Islam, di mana komunikasi dengan Tuhan sama sekali tidak membutuhkan ritual apa pun.

Jika seorang Muslim ingin berdoa kepada Allah, ia bahkan tidak mesti menengadahkan tangannya ke arah langit. Ia juga tidak perlu mengucapkan kata-kata tertentu yang berfungsi bagaikan password. Tidak ada tabir antara Allah dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Apa pun yang kita ucapkan, dengan suara selirih apa pun, pasti akan sampai juga kepada Allah, karena Dia Maha Mendengar. Bahkan Islam melarang umatnya untuk berdoa dengan suara yang keras yang menunjukkan kesan seolah-olah Allah itu tuli dan perlu diseru dengan suara lantang. Jangankan ucapan, bahkan pemikiran yang kita simpan rapat-rapat di dalam hati pun akan sampai juga kepada Allah. Memang ada adab-adab tertentu untuk berdoa, namun bukan berarti Allah tidak akan mendengar kita jika kita tidak melakukan adab-adab tersebut.

Secara harfiah, “shalat” itu sendiri memang bermakna “doa”. Akan tetapi, shalat adalah shalat, bukan sekedar doa. Bukan pula komunikasi kepada Tuhan, laporan harian kepada-Nya, atau semacamnya. Shalat adalah suatu ibadah unik yang memang diperuntukkan bagi manusia.

Perlu diingat bahwa segala ibadah – apa pun nama dan bentuknya – hanya dilakukan demi kepentingan si pelakunya sendiri. Artinya, jika ia melakukannya, maka ia akan mendapatkan manfaat. Jika ia menolak untuk melakukannya, maka yang rugi adalah dirinya sendiri. Allah sendiri sama sekali tidak terpengaruh dengan ibadah manusia. Jika seluruh penduduk bumi ini beriman, maka Allah tidak mendapat manfaat. Sebaliknya, jika seluruh manusia menjadi kafir, maka Allah pun tidak akan rugi secuil pun. Maka alangkah anehnya jika melihat ibadah dari sisi Allah, karena Dia Maha Kaya dan tidak memerlukan apa-apa dari manusia. Manusialah yang serba membutuhkan kasih sayang Allah SWT.

Kalau ditanya mengenai hikmah shalat, maka jawabannya bisa jadi sangat panjang dan akan berkembang selamanya sepanjang masih ada manusia yang mau berpikir. Itulah keluasan ilmu Allah. Saya akan menyebutkan hikmah-hikmah shalat yang mampu dicerna oleh akal saya. Sekali lagi, daftar ini sangat mungkin dikembangkan, dan mungkin di kemudian hari akan bertambah, insya Allah.

  • Bahasa Arab dipilih sebagai media untuk Al-Qur’an karena bahasa Arab memang terbukti sebagai bahasa yang paling mampu menampung informasi yang banyak dalam kalimat-kalimat yang singkat dan sederhana. Alim ulama sudah membuktikan hal ini sejak dahulu, yaitu dengan penafsiran Al-Qur’an yang tidak ada habis-habisnya, ditilik dari berbagai aspek, bahkan dari aspek sains yang belum diketahui manusia pada masa Al-Qur’an diturunkan. Allah menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab karena Allah juga telah menetapkan bahasa Arab sebagai sarana yang paling tepat untuk itu. Karena itu, Al-Qur’an tetaplah dalam bahasa Arab, termasuk ketika dibacakan di dalam shalat.
  • Penggunaan bahasa Arab dalam shalat juga menunjukkan persatuan umat Islam sedunia. Orang Portugal, Eskimo, Zimbabwe, Tasmania, Tunisia, atau Cilacap, meskipun tidak bisa saling mengerti ketika berbicara dengan bahasanya masing-masing, tetap bisa melaksanakan shalat berjamaah, karena shalat selalu dilaksanakan dalam bahasa Arab. Di mana pun seorang Muslim berada, jika ia masuk ke dalam Masjid atau Mushola, maka ia akan merasa berada di rumah sendiri. Saudara-saudara seimannya dari seluruh dunia menggunakan bahasa yang sama ketika shalat.
  • Para ahli kesehatan telah membuktikan manfaat baik shalat bagi kesehatan tubuh. Manfaat tersebut didapatkan bukan hanya dari gerakan-gerakannya saja, melainkan dari kondisi khusyu’ (atau mendekati khusyu’) yang terjadi pada saat melakukan shalat. Bahkan ada pula yang meneliti hikmah dari penentuan lima waktu shalat, yaitu dari segi kesehatan sehubungan dengan jam biologis manusia.
  • Karena banyak shalat yang dilakukan dengan berjamaah, maka shalat pun memiliki fungsi sosial, yaitu mempersatukan umat Islam. Dengan shalat berjamaah, baik dengan orang-orang yang kita kenali ataupun tidak, kita akan terbiasa berinteraksi dengan saudara-saudara sesama Muslim. Tentu saja, jika shalat berjamaah tersebut dilaksanakan dengan benar, salah satu syaratnya adalah dengan merapatkan shaf.
  • Ada pula shalat yang ‘lain daripada yang lain’, yaitu shalat jenazah yang dilakukan tanpa ruku’, tanpa sujud, dan tanpa duduk. Dari sini semakin jelas bahwa shalat bukanlah sekedar komunikasi dengan Tuhan. Shalat jenazah dilakukan untuk mendoakan seorang Muslim yang telah wafat agar amalan-amalannya diterima oleh Allah SWT dan segala kealpaannya diampuni dengan sempurna. Shalat jenazah juga menggambarkan kedekatan hubungan antara sesama Muslim, sehingga semakin banyak yang menshalatkannya, maka semakin besar pula kemungkinan amal-amal sang mayit diterima oleh Allah SWT dan segala kesalahannya diampuni. Dalam Islam, jika seorang Muslim mendoakan saudaranya, apalagi jika tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya itu, maka doa tersebut kemungkinan besar akan dikabulkan. Doa untuk orang yang sudah meninggal bahkan lebih ‘dipertegas’ lagi dengan melaksanakan shalat jenazah.
  • Meskipun mengingat Allah dan mendekatkan diri pada-Nya tidak mesti dilakukan dengan cara-cara khusus, namun shalat dapat membantu kita untuk lebih khusyu’ dalam melakukannya. Kita mungkin agak kesulitan kalau harus memfokuskan pikiran kita kepada Allah di dalam angkot atau ketika sedang sibuk beraktifitas. Tapi ketika waktu shalat tiba, kita membersihkan diri dengan wudhu dan melaksanakan shalat dengan tertib. Pada saat itu, biasanya, pikiran kita akan lebih mudah tertuju kepada Allah daripada ketika kita sedang sibuk. Memang mencapai derajat khusyu’ itu tidak mudah, namun biasanya kita akan lebih khusyu’ berdoa ketika shalat daripada dalam kesempatan lainnya. Sekali lagi, ibadah ini untuk manusia, bukan untuk Allah. Manusialah yang perlu berusaha agar pikirannya bisa khusyu’ kepada Allah. Allah sendiri tidak memerlukan ke-khusyu’-an kita.

Meskipun begitu banyak hikmah shalat, namun ia bukanlah tujuan utama dari shalat itu sendiri. Ibadah shaum memang menyehatkan, tapi shaum bukanlah untuk sehat. Kita shalat karena Allah memberi perintah untuk shalat. Tidak ada hak protes bagi seorang hamba. Namun, saking sayangnya pada manusia, bahkan Dia Maha Penyayang pada seluruh ciptaan-Nya, Allah justru memberikan banyak manfaat di balik segala kewajibannya yang sekilas nampak cukup menyulitkan. Sebenarnya sama sekali tidak sulit, kalau kita memikirkan betapa besar manfaat yang bisa kita peroleh dari ibadah-ibadah tersebut.

Demikianlah shalat. Ada aturan-aturan yang jelas, ada kaidah yang harus dipatuhi, dan menjadi rutinitas harian seorang Muslim. Sebagai hamba Allah, kita wajib melaksanakannya sebaik mungkin, dan percayalah, Allah tidak akan lalai memberikan rahmat-Nya pada siapa pun yang mau melaksanakan shalat. Demi Allah, tidak akan ada manusia yang merugi akibat melaksanakan shalat dengan benar.

0 komentar:

Posting Komentar